SURVEI LITERASI KESEHATAN MENTAL PADA GURU SMP DAN SMA/SMK

Authors

  • Carina Handy Putri Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Krida Wacana
  • Anita Novianty Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Krida Wacana

DOI:

https://doi.org/10.32663/psikodidaktika.v9i1.4344

Abstract

Prevalensi gangguan mental pada remaja Indonesia terus meningkat. Realitanya, jumlah tenaga spesialisasi kesehatan mental di Indonesia lebih sedikit dari kasus gangguan mental yang terjadi. Guru merupakan tokoh penting bagi remaja yang menghabiskan banyak waktu dalam sehari di sekolah, penting untuk memiliki kemampuan identifikasi kasus masalah kesehatan mental dan memberikan pertolongan segera atau merujuk keprofesional. Studi ini bertujuan mengukur literasi kesehatan mental dari guru SMP/ SMA/ SMK. Pengambilan data menggunakan Mental Health Literacy Scale dan empat vignette. Partisipan merupakan 59 guru SMP/ SMA/ SMK. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan analisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan guru yang menjawab dengan tepat terkait pengetahuan umum tentang kesehatan atau gangguan mental sebanyak 60,04%. Guru yang merekognisi gangguan mental dengan tepat: ADHD (89,8%), gangguan depresi mayor (72,9%), gangguan kecemasan menyeluruh (64,4%), dan skizofrenia (42,4%). Guru berpandangan bahwa gangguan mental dapat sembuh dari keinginan diri sendiri: vignette gangguan depresi mayor (94,9%), gangguan kecemasan menyeluruh (83,1%), ADHD (71,2%), skizofrenia (69,5%). Guru meyakini gangguan kecemasan menyeluruh (54,3%), gangguan depresi mayor (49,1%), ADHD (42,4%), dan skizofrenia (35,6%) disebabkan karena kelemahan pribadi. Guru berpandangan bahwa gangguan kecemasan menyeluruh (45,8%), gangguan depresi mayor (45,7%), ADHD (34,8%), skizofrenia (33,9%) bukan merupakan penyakit medis yang nyata. Guru merasa percaya diri untuk membantu siswa dengan gangguan mental secara tepat (54,3%) dan mengajarkan topik kesehatan mental (57,6%).

Downloads

Published

2024-06-30