PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI DENGAN PENGGUNAAN AMELIORAN BATU KARANG PADA LAHAN RAWA LEBAK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR

Authors

  • Edi Susilo UNIVERSITAS RATU SAMBAN
  • Andreani Kinata Universitas Ratu Samban
  • Dian Novita Universitas Ratu Samban

DOI:

https://doi.org/10.32663/ja.v17i1.541

Keywords:

kedelai, jenuh air, karang, waktu, dosis

Abstract

Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija yang mempunyai nilai ekonomi cukup baik. Kebutuhan kedelai semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk, namun produksi belum mencukupi. Program ekstensifikasi dapat dilakukan di lahan sub-optimal lahan rawa lebak dengan teknologi budidaya jenuh air. Rendahnya pH dan tingginya Al dan Fe merupakan kendala utama. Salah satu strategi yang ditempuh adalah pemberian amelioran batu karang. Penelitian bertujuan mendapatkan informasi efektivitas batu karang untuk perbaikan budidaya kedelai hitam di rawa lebak. Penelitian dilaksanakan Maret - Mei 2018 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Ratu Samban Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial. Faktor pertama dosis amelioran per tanaman terdiri atas : P0 : kontrol, P1 : 5 g, P2 : 6 g, P3 : 7 g, P4 : 8 g, P5 : 9 g, P6 : 10 g. Faktor kedua waktu aplikasi amelioran terdiri atas : W1 : 4 minggu sebelum tanam (MBT), W2 : 3 MBT, W3 : 2 MBT, W4 : 1 MBT, W5 : saat tanam, W6 : 1 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis maupun waktu aplikasi amelioran batu karang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Tidak terdapat interaksi nyata antara dosis dan waktu aplikasi amelioran terhadap semua variabel. Perlakuan dosis amelioran terbaik yaitu 9 g per tanaman dan mampu meningkatkan tinggi dan jumlah daun per tanaman. Waktu aplikasi 1 MBT maupun 1 MST mampu menghasilkan tinggi dan jumlah daun terbaik.

References

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Palawija di Indonesia. www.bps.go.id [22 September 2013].

Alihamsyah T. 2004. Potensi dan Pendayagunaan Lahan Rawa untuk Peningkatan Produksi Padi dan Beras Indonesia. Dalam. F. Kasrino, E. Pasandaran, dan AM. Padi (Penyunting). Badan Litbang Pertanian.

Fransiscus. 2006. Pemberian beberapa pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L). [Skripsi]. FP-Unri, Pekanbaru.

Iman, M., I. Basa., Suwarno dan P. Sitorus. 1988. Penelitian sistem usaha tani di lahan pasang surut. Dalam Risalah Lokakarya Sistem Usaha Tani di Lima Agroekosistem. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 31 hal.

Mattjik A A, I. M Sumertajaya., 2006. Perancang Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Bogor: IPB Press.

Mumpung. Y, dan A. B. Samiputra. 2017. Pengaruh Waktu Pemberian dan Dosis Amelioran Abu Janjang Kelapa Sawit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L). Merrill ) di Tanah Gambut Palangka Raya. AGRISILVIKA Volume 1, Nomor 1, Maret 2017 Halaman: 14-21 ISSN: 2549-5100.

Panjaitan A, Sugijono, Sirait H. 1983. Pengaruh abu janjang kelapa sawit terhadap keasaman tanah podsolik, regosol dan aluvial. Buletin Balai Penelitian Perkebunan 14(3).

Purwaningrahayu, R.D., D. Indradewa, dan B.H. Sunarminto. 2004. Peningkatan hasil beberapa varietas kedelai dengan penerapan teknologi basah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 23(1):49-58.

Sumarno. 1986. Response of soybean (Glycine max L. Merr.) genotypes to continuees saturated culture. Indonesian Journal of Crop Scince 2 (2) : 71-78.

Wiroatmodjo, J. dan E. Sulistyono. 1991. Perbaikan budidaya basah kedelai. Bul. Agron. 20 (1): 27-34

Published

2019-06-15

Most read articles by the same author(s)